Singkong merupakan salah satu jenis umbi-umbian, sumber karbohidrat alternatif pengganti beras, yang kaya serat pangan dan rendah gula. Singkong biasanya dikonsumsi dengan cara direbus, dikukus, digoreng, atau dibuat berbagai jenis camilan, snack, dan makanan ringan. Singkong dapat ekstrak patinya menjadi tapioka atau diolah menjadi tepung. Tepung singkong yang dibuat melalui teknologi fermentasi terkendali dengan penambahan inokulum atau ragi seperti BIMO CF dinamakan Mocaf (Modified cassava flour). Mocaf dapat mensubstitusi dan bahkan menggantikan 100% penggunaan terigu pada berbagai produk olahan pangan kekinian seperti mie, flakes, sereal, bubur instan, beras analog, produk-produk bakeri (brownies, cookies, biscuit, egg rolls, muffin, cup cake, pie), tepung penyalut serba guna, dan produk lainnya. Tim peneliti dari Pusat Inovasi dan Hilirisasi, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, telah mengembangkan inovasi dan riset mocaf dan produk-produk diversifikasinya ini sejak Tahun 2017 hingga saat ini.

Di Tahun 2025 ini, melalui Program Pengabdian kepada Masyarakat dari Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi pada Skema Pemberdayaan Berbasis Kewirausahaan dengan ruang lingkup Pemberdayaan Mitra Usaha Produk Unggulan Daerah (PM-UPUD), tim dari Pusat Inovasi dan Hilirisasi kembali menerapkan inovasi hasil penelitian dan teknologi tepat guna terkait mocaf dan produk diversifikasinya bagi mitra yakni masyarakat produktif ekonomi di Kabupaten Banjarnegara, UD. Usaha Mandiri dan KWT Sinar Tani. Program ini dilaksanakan melalui sinergi dan kolaborasi dengan LPPM Universitas AMIKOM Purwokerto, dengan melibatkan dosen dan mahasiswa dari kedua kampus ini.

UD usaha mandiri adalah UKM skala menengah yang memproduksi dan memasarkan mocaf dengan kapasitas 60 ton/bulan. Sinar tani adalah kelompok wanita tani yang memproduksi dan memasarkan olahan mocaf seperti tiwul dan combro. Permasalahan yang dihadapi keduanya adalah kualitas mocaf yang dihasilkan yang masih bervariasi dan belum konsisten. Masalah lainnya yakni keterbatasan Ipteks dan ketrampilan terkait diversifikasi produk berbasis mocaf, keterbatasan kemampuan manajemen dan pemasaran.

Dr. Santi Dwi Astuti, STP., M.Si., Koordinator Pusat Inovasi dan Hilirisasi LPPM UNSOED sekaligus ketua tim pengabdi menjelaskan bahwa Program PM-UPUD 2025 ditujukan untuk meningkatkan varian, mutu, dan kapasitas produksi mocaf dan produk-produk diversifikasi mocaf melalui kegiatan pelatihan, penerapan teknologi, dan pendampingan produksi. Melalui pemberian mesin dan peralatan produksi seperti mesin pengiris singkong, mesin pengering, mesin penepung, mesin pengayak, mikser dan oven bakeri, mesin pencampur adonan dan pencetak mie, mitra mampu meningkatkan kapasitas produksi mocaf dari 60 menjadi 100 ton/bulan dengan mutu yang lebih baik dan konsisten. Mocaf yang dihasilkan berwarna lebih putih, aroma dan rasa lebih netral, tidak muncul flavor asam dan pahit. Selanjutnya, ada peningkatan produksi olahan mocaf khususnya untuk produk tepung premiks bakeri, mie, egg rolls, biscuit, dan cookies. Di Tahun 2025 ini, juga diluncurkan produk baru berupa sereal dan beras analog mocaf.

Pelatihan dan pendampingan pengelolaan usaha khususnya di aspek produksi, pembukuan dan administrasi keuangan serta pelatihan dan pendampingan pemasaran yang meliputi target pasar, strategi pemasaran, dan pemasaran online juga dilaksanakan di program ini. Selain itu, juga dilakukan uji penerimaan konsumen terhadap produk-produk diversifikasi mocaf yang telah dikembangkan serta pameran produk. Area dan jangkauan pasar dan pemasaran baik offline maupun online terbukti meningkat, yang semula hanya antar kabupaten menjadi lintas provinsi, bahkan saat ini, produk mocaf sudah mulai dilirik oleh pasar ekspor khususnya dari beberapa negara di timur tengah.

Serangkaian kegiatan yang telah dilakukan hingga akhir September 2025 ini menegaskan bahwa produk mocaf dan produk diversifikasinya dapat diterima baik oleh masyarakat dan konsumen khususnya yang termasuk dalam katagori individu yang sadar kesehatan dan bergaya hidup sehat. Program ini juga secara signifikan mampu meningkatkan kapasitas dan ketrampilan mitra; meningkatkan nilai ekonomi dan daya saing komoditas lokal unggulan singkong Banjarnegara. Secara bertahap namun pasti, melalui sinergi dan kolaborasi pentahelix tim pelaksana dengan berbagai pihan seperti BRIN, Kementerian UMKM, Badan Pangan Nasional, BUMN, Perbankan, dinas-dinas teknis terkait, dan media, program ini diharapkan dapat mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian pangan.

By Undi