Banyumas, Pusat Pengembangan Kuliah Kerja Nyata (Pusbang KKN) Lembaga Penelitian dan pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) berkolaborasi dengan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melaksanakan Monitoring Evaluasi (Monev) Tematik BKKBN. Salah satu tujuan KKN Tematik tersebut yaitu Kecamatan Lumbir Kabupaten Banyumas. Anggota Pusbang KKN  Sehah, S.Si., M.Si. bersama tim melakukan Monev ke Desa Parung Kamal, Lumbir, dan Cingebul di Kecamatan Lumbir Banyumas pada Selasa 6/8/2024.

KKN Tematik ini merupakan kerjasama antara Unsoed dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Oleh karena itulah, kelompok mahasiswa KKN ini berbeda dengan KKN pada umumnya. Mereka adalah mahasiswa dari prodi yang ada di Fikes. KKN ini ada di 15 desa di 5 Kabupaten Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara, Cilacap dan Kebumen.

Dengan difokuskan pada penuntasan pencegahan stunting bagi semua desa KKN. KKN tematik BKKBN ini dilatarbelakangi karena angka stunting di Indonesia cenderung meningkat. Dengan adanya kerjasama BKKBN dengan akademisi ini, diharapkan bisa mencegah bahkan menurunkan angka stunting di Indonesia.

Hasnah Salasabila dari Fakultas Kedokteran Unsoed saat diwawancarai di lokasi KKN desa Parung Kamal mengungkapkan selama kurang lebih tiga minggu, telah melaksanakan stunting dan program kerja terkait KKN tematik BKKBN. “Selama di sini kami sudah mengadakan forum group discussion, atau adanya rapat bersama dengan desa, kemudian juga terdapat adanya demonstrasi memasak Pemberian Makan Tambahan (PMT), kemudian juga terdapat adanya pendampingan pada balita stunting, yang nanti tujuannya adalah satu, untuk menekan angka stunting yang masih tinggi di Desa Parung Kamal ini, “jelas Hasnah Salasabila.

KKN tematik BKKBN di Parung Kamal lebih fokus kepada ibu-ibu balita pita kuning. “Jadi dari ibu-ibu balita pita kuning itu kami lakukan intervensi, salah satunya pada demonstrasi memasak. Pita kuning adalah pertumbuhan bayi yang di bawah normalnya seperti itu,”ungkap Hasnah Salsabila.

Keadaan normal yaitu pita hijau, tapi apabila pertumbuhannya itu kurang meningkat atau kurang signifikan, itu nanti akan masuk ke dalam tergolong yang pita kuning. “Nah disitulah fokus desa, fokus bidan, dan juga fokus puskesmas, sehingga kami juga mengikuti data tersebut untuk lebih kami lakukan intervensi yang lebih banyak kepada mereka daripada kepada balita-balita lainnya seperti itu,”pungkasnya.

Selanjutnya di desa Cingebul Ristiyah Tandisya Arun dari Fakultas Fikes Jurusan Ilmu Gizi mengatakan telah melaksanakan program kerja KKN BKKBN selama ini. Beberapa proker tersebut yaitu rapat koordinasi, pemasangan sepanduk dan demonstrasi pengolahan PMT yang menggunakan pangan lokal. “ Kemudian ada monitoring yang mana kita nanti mengunjungi ke rumah-rumah yang beresiko stunting dan sosialisasi mengenai peran pria dalam percepatan penurunan stunting,” tutur Ristiyah Tandisya Arun.

Untuk berikutnya di desa Cingebul ada sosialisasi terkait gizi pada ibu hamil, sosialisasi anemia kepada remaja. “Kemudian waktu kita berkunjung ke rumah-rumah sekalian monitoring itu kami juga melakukan sosialisasi secara satu orang langsung begitu mengenai pola asuh dan pola makan yang baik begitu Pak, ungkapnya.

Dari desa Lumbir Teena Kartika Praptomo mahasiswa Fakultas Kedokteran juga mengatakan telah melaksanakan program kerja selama di lokasi KKN. Program tersebut yaitu edukasi ke masyarakat terkait dengan stunting, pembuatan pelatihan memasak untuk membuat makanan bergizi, dan juga rapat koordinasi dengan para stakeholder terkait.

Anggota Pusbang KKN Sehah, S.Si., M.Si. menyampaikan tanggapannya setelah berkunjung ke 3 desa di Kecamatan Lumbir. “ Program kerja BKKBN, alhamdulillah berjalan semua dan bisa dikatakan 90 persen sudah direalisasi ya. Di antaranya sudah ada bimbingan atau rapat ya dengan tim BKKBN Provinsi Jawa Tengah, “ungkapnya.

Pelaksanaan pendampingan untuk balita, pendataan stunting, pemberian makanan tambahan atau menu-menu khusus untuk menangani stunting itu sudah terlaksana.

Lebih lanjut  Sehah, S.Si., M.S menambahkan terkait waktu memonitoring stunting ini membutuh waktu yang lebih lama lagi. “Kalau hanya 35 hari sepertinya kurang signifikan waktunya. Jadi mungkin ya dibutuhkan waktu sekitar 2 atau 3 bulan sehingga apakah program KKN yang telah diimplementasikan itu betul-betul berpengaruh terhadap pengurangan stunting atau tidak. Mungkin kalau 35 hari hanya baru indikasi,” tuturnya. Dengan waktu lebih lama akan dapat ditindak lanjuti mahasiswa untuk menilai pengaruhnya. “ Jadi walaupun sudah selesai mahasiswa KKN bisa meminta data terkait ke puskesmas atau BKKBN. Sehingga nanti bisa dijadikan sebagai dasar untuk KKN berikutnya,” harap Sehah.

Mahasiswa KKN tematik BKKBN mempunyai harapan dari program-program kerja yang telah dilaksanakan, bisa memberikan feedback yang baik, baik untuk desa maupun untuk pihak kesehatan yaitu bidan dan juga untuk masyarakat, sehingga nanti kedepannya program yang telah laksanakan ini bisa berkelanjutan. Mereka juga memberikan apresiasi yang baik terhadap kerja sama dengan pihak desa dan masyarakat dalam kegiatan KKN tematik BKKBN selama ini. (indra)

 

Dokumentasi Foto :

By Eko F